KESENIAN KERONCONG
Mendengarkan alunan musik keroncong
dapat dipastikan akan membuat batin merasa tentram. Irama musik keroncong yang
unik dan terkesan minimalis seakan membius siapa saja yang mendengarkannya.
Perkembangan musik keroncong dari tahun ke tahun memang sangat menarik untuk
diikuti, mulai dari kalangan anak muda hingga dewasa cukup familiar dengan
genre musik ini.
Riwayat
keroncong sendiri tidak dapat dilepaskan dari Kampung Tugu, Jakarta Utara, yang
dihuni oleh komunitas Tugu sejak 1661. Komunitas Tugu ini mewarisi budaya musik
Portugis asal bangsa Arab Moor yang disebut Moresco, sebagai cikal bakal dari
musik keroncong. Dari berbagai hasil penelitian mengenai musik keroncong
ditemukan rujukan bahwa musik ini merupakan proses evolusi yang kreatif dalam
menggabungkan elemen budaya Timur dan Barat.
http://www.tjroeng.com/wp-content/uploads/2016/01/2261628.jpg
Komunitas Tugu
sebagai marinir asal Goa mewarisi budaya Portugis. Mereka tidak hanya mampu
berbahasa Portugis cristão, namun juga menguasai musik Portugis, serta
ketrampilan membuat gitar Portugis. Letak Kampung Tugu yang terisolasi
membutuhkan hiburan, sehingga mendorong komunitas Tugu untuk menghidupkan
kembali musik Portugis. Mereka membuat gitar dari batang kayu meniru gitar
Portugis yang mereka namakan keroncong, lalu membentuk ensambel untuk mengiringi
tarian dan nyanyian Moresco. Dari permainan ensambel itu kemudian lahir musik
keroncong yang mereka namakan Krontjong Toegoe.
Penyebaran
awal musik Keroncong terjadi pada abad ke-20 dimulai dari Batavia ke Soerabaja
yang digabungkan dengan pementasan teater komedi bangsawan yang bertemakan
kisah dari Timur Tengah. Pada pertunjukan tersebut lagu-lagu keroncong tersebut
juga menjadi lagu pengiring pemain sandiwara dalam berakting, menari, bernyanyi
dan berkomedi. Ketika teater komedi itu tidak lagi digelar, lagu keroncongnya
tetap dinyanyikan dengan nama Stambul Keroncong, dalam bentuk lagu maupun
instrumental.
Kini memasuki
abad ke-21 musik Keroncong dapat dipastikan akan tetap bersinar dan semakin
menjangkau pencinta musik dari berbagai macam kalangan. Beberapa faktor yang
membuat musik Keroncong tidak akan lekang dimakan jaman adalah ketahanannya
yang telah teruji cukup lama dan telah sah bukan menjadi musik musiman.
Berikutnya adalah musik Keroncong memiliki keunikan yang cukup fenomenal yaitu
perpaduan budaya Timur dan budaya Barat; fleksibilitas dan keterbukannya dalam
mengiringi semua lagu dengan pola ritmiknya yang khas juga menjadi faktor
penguat berikutnya pada musik ini. Sejarah telah membuktikan bahwa melalui
proses yang panjang dari keunggulannya dalam beradaptasi dan berasimilasi,
musik keroncong diyakini akan tetap terdengar sepanjang masa.
Modernisasi Keroncong bermula pada
1960-an, Keroncong disulap menjadi tradisi populer kaum muda-mudi di Indonesia. Musik ini dikawinkan dengan alat musik
modern seperti gitar elektrik, keyboard dan drum. Modernisasi Keroncong era 1960-an ini di
Indonesia dan Belanda sendiri sudah tidak asing lagi dengan nama Wieteke Van
Dort yang membawakan Keroncong dengan gaya modern, salah satu lagunya yang terkenal adalah Geef
Mij Maar Nasi Goreng. Adaptasi
Keroncong dengan Langgam Jawa, berkembang pesat pada tahun 1950an. Penyanyi
Keroncong dengan Langgam Jawa yang terkenal di tahun itu seperti Waldjinah. Langgam Jawa ini khas memakai sitar, saron
dan kendang. Biasanya bila kendang tidak tersedia peran cello menggantikan peranan suara kendang
dalam Langgam Jawa. Di hari ini, keroncong, masih tetap lestari. Baik masih
menjadi tontonan yang berkelas di gedung-gedung pertunjukan atau pun di jalanan.
DAFTAR PUSTAKA
http://dkj.or.id/artikel/riwayat-musik-keroncong/ (Diakses Pada Hari Sabtu,
3 April 2016 Pukul 20:11)
http://gigsplay.com/sejarah-singkat-keroncong-di-indonesia/
(Diakses Pada Hari Sabtu, 3 April 2016 Pukul 20:20)