KESENIAN SINDEN
Sinden
merupakan adat dari Jawa, berupa nyanyian lagu tradisional yang dibawakan oleh
seorang wanita muda yang mengenakan kebaya lengkap dengan selendang panjang. Sinden sangat identik dengan music Gamelan,
karena Sinden biasanya selalu ada pada pertunjukan Wayang atau
setiap pertunjukan yang menggunakan iringan music Gamelan. Bisa berupa acara perkawinan, atau pesta-pesta
besar, bahkan sampai memperingati hari raya. Semakin besar acara yang dibentuk,
pembawaan sinden semakin baik dengan iringan yang semakin meriah, bila acara
kecil, sinden dibawakan bisa tanpa dengan iringan gamelan. Sinden
merupakan hiburan di zaman dahulu yang bisa dikatakan sebagai piano tunggal di
zaman sekarang yang biasanya mengiringi pesta-pesta. Selain memiliki keahlian vocal yang
baik, Sinden juga harus mempunyai kemampuan komunikasi yang baik agar dapat
memeriahkan acara.
Sebutan Sinden berasal dari kata “Pasindhian” yang
berarti “kaya akan lagu” atau
“yang melantunkan lagu“.
Sehingga Pesinden dapat
diartikan seseorang yang melantunkan lagu. Selain itu, Sinden juga biasa di
sebut dengan “Waranggana” yang
diambil dari gabungan kata“wara” dan “anggana”. Kata wara sendiri
berarti seseorang yang berjenis kelamin wanita dananggana yang
berarti sendiri. Karena pada jaman dahulu, waranggana merupakan satu – satunya
wanita dalam pentas pagelaran Wayang atau Klenengan.
Dalam pementasan Wayang jaman dahulu, Sinden biasanya hanya sendiri dan
merupakan istri dari dalangnya atau salah satu anggota dari pengiring gamelan.
Sinden ini biasanya di tempatkan di belakan dalang dan di barisan depan para
pengiring gamelan. Sepanjang pementasan Wayang berlangsung, Sinden menyanyi
sesuai dengan gendhing yang disajikan para pengrawit. Namun seiring dengan perkembangan jaman,
Sinden dialihkan tempatnya untuk menghadap para penonton, tepatnya di sebelah
kanan dalang membelakangi simpingan Wayang. Selain tempatnya, jumlah Sinden pun
tidak hanya satu orang, namun lebih dari dua orang.
Pada masa emasnya, sinden merupakan profesi yang banyak
digemari para wanita. Sinden dianggap bintang panggung karena memiliki pesona
dan daya tarik sendiri. Dahulu, sinden dapat menjadi penentu sukses atau
tidaknya sebuah pagelaran. Sebuah pagelaran yang diiringi sinden cantik dan
bersuara merdu akan menarik banyaknya penonton yang hadir.
Di era modern saat ini, keberadaan sinden memang semakin
bergeser seiring dengan meredupnya pagelaran wayang kulit. Meski demikian
sinden masih menempati posisi tersendiri terutama bagi mereka pecinta seni
pagelaran wayang. Sinden pun tidak hanya sebagai ‘penghias’ karena posisinya
pun kerap disamakan dengan penyanyi. Tidak sedikit juga sinden yang ‘go
internasional’ dengan mengadakan pagelaran di luar negeri.
DAFTAR PUSTAKA
http://nanikrifa.blogspot.co.id/2014/12/pengrawit-1.html (diakses pada hari Sabtu, 26 Maret 2016 Pukul 18;40)
http://kelompokmejikuhibiniu.blogspot.co.id/2007/09/arti-sinden_23.html (diakses pada hari Sabtu, 26 Maret 2016 Pukul 19;05)
http://www.negerikuindonesia.com/2015/07/sinden-seni-menyanyi-tradisional-dari.html (diakses pada hari Sabtu, 26 Maret 2016 Pukul 19;37)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar